Yesusku

Yesusku

Jumat, 02 September 2011

Harga Sebuah Keajaiban


          Sally, gadis kecil berusia 8 tahun memiliki adik laki-laki bernama Jorgi yang menderita penyakit berat dan membahayakan jiwanya. Hanya operasi yang bisa menyelamatkan jiwanya. Namun sayang, kedua orangtua Sally tidak sanggup membiayai operasi yang mahal tersebut.

          Suatu malam, Sally mendengar kedua orang tuanya membicarakan tentang keadaan Jorgi : “Hanya keajaiban yang bisa menyembuhkan Jorgi,” kata Ayah Sally. Mendengar hal itu, Sally lalu turun perlahan dari tempat tidurnya dan membuka semua tabungannya, dihitung dengan teliti sampai sen terakhir dan terkumpul uang senilai satu dolar sebelas sen. Dikumpulkan uang tersebut lalu Sally tidur dengan rencana di kepalanya.

          Pagi harinya Sally segera menyelinap pergi ke toko obat di ujung jalan dengan membawa semua uangnya untuk membeli obat yang bernama “Keajaiban”. Namun, pemilik toko dan orang-orang yang membeli obat di toko tersebut menertawakannya dan menganggapnya konyol.

Merasa diabaikan, Sally mencoba menjelaskan dengan menangis, “Adikku sedang sakit keras, dan menurut ayahku hanya keajaiban yang bisa menyembuhkan, tolong katakan dimana saya bisa membeli keajaiban tersebut. Saya punya uang untuk membeli itu.”

Kemudian muncul seorang yang berpakaian rapih, yang dari tadi memperhatikan Sally mendekat lalu bertanya, “Adik kecil, apa sakit adikmu itu?”
          “Adikku sakit keras dan perlu operasi, dan kata ayah hanya obat yang bernama keajaiban yang bisa menyembuhkannya, aku punya uang untuk membeli itu,” jawab Sally sambil tersedu-sedu.

          Orang tersebut tersenyum lalu berkata, “Berapa jumlah uangmu, anak manis?”
          Dengan bangga Sally menjawab, “Saya punya satu dolar sebelas sen”
          “Wah pas banget buat beli keajaiban, ayo ajak saya menemui adikmu, saya punya obat itu,” kata orang tersebut sambil mengajak Sally keluar toko obat tersebut. Orang tersebut ternyata bernama Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal. Dan berkat dia, adik Sally tertolong dan sembuh dari penyakitnya.
         
Ibunya bersyukur sekali, “Operasi itu,” bisik ibunya ke Sally, “Adalah keajaiban, aku tidak tahu berapa harganya bila kita harus membayar.”
          Sally tersenyum sambil berkata dalam hati,
“Aku tahu ibu, harganya Satu Dolar Sebelas Sen.”

Pesan Cerita:

Keajaiban dimana-mana, berpikirlah seperti Sally dan berjuanglah seperti Sally. Banyak orang yang perlu ditolong dan banyak pula orang yang bersedia menolong di sekitar kita.

Kamis, 01 September 2011

Santa Theresia dari Lisieux

Keluarga Theresia.
          Theresia lahir pada tanggal 2 Januari 1873 di Alencon, Perrancis.
Nama Lengkapnya Maria Fransiska Theresia Martin. Ayahnya bernama Louis Martin, seorang pembuat jam, dan ibunya bernama Zelie-Marie Guerin, seorang pembuat renda.
Kedua orang tua Theresia sangat saleh.
          Ayahnya dulu berkeinginan menjadi biarawan, namun pengetahuannya yang sangat kurang akan bahasa Latin membuatnya mengurungkan niatnya. Sementara itu, ibu Theresia juga pernah berkeinginan menjadi biarawati, manun ia ditolak karena tidak ada pekerjaan untuknya. Karena itu Zelie pernah bersumpah bahwa ia akan membimbing semua anaknya agar menjadi biarawan-biarawati. Namun, dari sembilan anaknya yang ia lahirkan, hanya lima anak yang mampu hidup hingga dewasa. Kelimanya perempuan. Mereka bernama Marie, Pauline, Leonie, Celine, dan Theresia si bungsu. Terhadap kelima anak itu, Louis Martin dan istrinya mendidik mereka secara katholik dengan sungguh-sungguh.
          Sayang pada tahun 1877, saat Theresia masih berumur empat tahun, ibunya meninggal karena kanker peyudara. Ayah dan saudara-saudra Theresia sangat sedih. Apalagi Theresia. Ia larut dalam kesedihan dalam waktu ya. ayahnyang lama.
          Kakak Theresia yang bernama Pauline terpaksa menjadi “ibu” bagi Theresia. Ia merawat dan mempehatikan perkembangan Theresia. Dan tak lama kemudian Ayah Theresia menjual usahanya lalu mengajak anak-anaknya pindah ke Lisieux, di daerah Calvados, Normandia
          Disana mereka tinggal bersama kakal laki-laki Zelie yang bernama Isidore Guerin dan istrinya. Keluarga ini mempunyai dua anak perempuan.

Dekat dengan Tuhan.
          Pada suatu senja, Theresia berjalan-jalan bersam ayahnya. Ayahnya memang sangat mengasihi Theresia. Bahkan ayahnya memberinya bermacam-macam nama panggilan, antara lain Theresia Kecil Bungsu Kecil, dan Ratu Kecil. Malam itu langit tampak terang dan bersih. Ayah Theresia bercerita sambil menunjuk beberapa bintang yang berukuran besar dan berrkelap-kelip. Dengan penuh perhatian Theresia mendengarkan kata-kata  ayahnya sambil membil memandang langit. Benar-benar indah bintang-bintang itu, batinnya.
          Tiba-tiba ia berseru, “Ayah, lihat, namaku tertulis di langit! Sepertinya Tuhan yang menulisnya.”
          Ayahnya memperhatikan langit yang ditunjuk Theresia. Lalu ayahnya tersenyum. Ternyata rangkaian bintang yang membentuk huruf seperti T.
          Dan pada suatau hari Theresia diajak kakaknya, Pauline, kepantai. Baru kali ini Theresia melihat pantai. Ia senang sekali. Mereka duduk-duduk ditepi laut sam bil memperhatikan matahari yang hendak terbenam. Sinar matahari yang berwarna jingga memantul dipermukaan sebuah kapal nelayan. Sepertinya kapal itu akan menjala ikan dilaut. Layarnya mengembang tertiup angin. Kapal itu berlayar dengan kencang. Tiba-tiba Theresia berkata, “Kakak Pauline, jiwaku seperti kapal itu. Melaju cepat kepada Tuhan.”

Sembuh Secara Ajaib.
          Tahun 1881 Theresia mulai bersekolah disekolah milik Suster-Suster Benediktin. Disekolah ia terkenaal sebagai anak yang perasa dan mudah menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Akibatnya, ia lebih sering menyendiri.
          Saat kakaknya yang bernama Celine menerima Komuni Pertama, Theresia juga ingin menerima komuni. Ia sedih karena harus menunggu empat tahun lagi. Waktu itu umurnya baru delapan tahun. Dahulu anak-anak baru boleh menerima komuni setelah berusia dua belas tahun.
          “Aduh, masih empat tahun lagi aku menerima komuni. Lama sekali,” keluh Theresia.
Pengetahuannya tentang Yesus, yang hadir dalam Sakramen Mahakudus sangat luas dan ia dapatkan dari buku-buku yang dibacanya.
          Meskipun masih empat tahun lagi, Theresia berusaha menyiapkan dirinya dengan bauk.
          “Meski aku masih lama menunggu, aku ingin pada saat aku menerima Komuni Pertama, jiwaku harus sebersih dan secantik malaikat,” katanya kepada Celine.
          Pada bulan Oktober 1882, kakak Theresia yang bernama Pauline masuk biara Karmelit. Theresia sedih ditinggal Pauline karena Pauline telah menjadi ibu baginya. Ketika Pauline pergi, Theresia jatuh sakit. Saat Theresia terbaring sakit, kakak-kakaknya berdoa disekeliling tempat tidurnya. Tiba-tiba, patung Bunda Maria yang ada didepan Theresia tersenyum, lalu Theresia pun sembuh. Theresia, ayah, dan kakak-kakaknya sangat gembira karena Theresia mendapatkan kesembuhan secara ajaib. Meski demikian, Theresia tetap masih perasa dan mudah menangis.

Bola Yesus.
          Pada malam Natal 1886 Theresia dan seluruh keluarganya merayakan Natal. Setelah Misa Kudus selesai, ayah Theresia menasehatinya supaya ia mengubah sifatnya yang manja, perasa dan mudah tersinggung karena ia sudah beranjak remaja. Nasehat ayanhnya dimalam natal itu begitu meresap kedalam hatinya hingga ia mulai sadar akan keburukan sikapnya selama ini. Sifat-sifat kekanak-kanakan itu harus mulai ia tinggalkan karena sudah tidak sesuai lagi dengan dirinya yang sudah remaja. Apalagi ia bercita-cita menjadi biarawati seperti Pauline.
          Dalam autobiografinya, ia menulis peristiwa ini sebagai “saat berahmat dan mengawali kehidupanku yang baru”. Bahkan ia juga mengatakan, Yesuslah yang mengubah diriku.”
          Kini Theresia mulai sadar bahwa dirinya dipenuhi oleh Roh Kudus dan ia sadar bahwa dirinya harus mengabdikan seluruh hidupnya  kepada Tuhan. Ia sangat ingin bersatu dengan Kanak-Kanak Yesus, maka kelak ketika menjadi biarawati, ia mengubah namanya menjadi Theresia dari Kanak-kanak Yesus atau Theresia dari Lisieux.
          Kepada Yesus  ia berjanji untuk tidak menolak apapun yang diinginkan Yesus darinya. Hal ini terungkap dari doa yang ditulisnya dalam buku autobiografinya.
          “Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini bolaMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan. Dan jika hendak Kau tinggalkan dipojok kamar karena bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu, ah Yesus, tentu saki sekali. Namun, terjadilah kehendakMu.”

Penjahat yang Bertobat.
          Ketika Theresia berumur 12 tahun, ia boleh menyambutTubuh Kristus. Ia sangat gembira. Pada hari itu pula ia berjanji didepan kayu salib.
Yesus di kayu salib yang haus, saya akan memberikan air padaMu. Saya akan menderita sedapat mungkin agar banyak orang dosa bertobat.”
          Salah seorang pendosa pertama yang bertobat berkat doa Theresia adalah penjahat kejam yang dijatuhi hukuman mati tanpa menyesal.
          Saat sarapan, ayah Theresia bercakap-cakap dengan ketiga kakak Theresia. Theresia hanya mendengarkan. Seorang penjahat Pranzini dihukum mati. Penjahat itu membunuh dan merampok. Ia sangat kejam. Lagi pula ia tidak takut kepada Tuhan karena ia berani memaki dan mengusir seorang imam yang datang untuk menolongnya.
          Theresia berpikir untuk menanggung segala macam penderitaan agar penjahat itu bertobat. Dalam doanya, ia memohon, Yesus, Pranzini itu ibarat luka dikanan kiriMu. Dialah penjahat pertama yang saya doakan supata bertobat. Yesus, berilah saya kekuatan agar saya  kuat menolong para penjahat.”
          Tak henti-hentinya Theresia berdoa agar Pranzini bertobat. Setiap hari surat kabar memberitakan Pranzini. Theresia membacanya diam-diam. Ia selalu berharap Pranzini bertobat. Akan tetapi, hingga pelaksanaan hukuman, Pranzini tidak bertobat dan menyesali perbuatannya.
          Siang itu, alun-alun telah penuh. Mereka hendak menyaksikan hukuman mati Pranzini. Theresia tetap tinggal dirumah, berlutut dikamarnya untuk berdoa. Sementara itu, Pranzini telah hadir ditempat hukuman. Seorang imam berdiri didekat Pranzini. Imam itu berharap dirinya masih dapat menolong Pranzini.
          “Lima menit lagi hukumanmu akan dilaksanakan. Adakah sesuatu yang kamu inginkan?” tanya imam itu.
          Tanpa diduga Pranzini berkata, “Pater, saya ingin memegang salib yang dibawa Pater”
          Imam itu segera memberikan salib Sang Penebus. Pranzini memegangnya, lalu mengamat-amati Yesus yang tersalib. Matanya basah oleh airmata dan kepalanya tertunduk.
Lalu Pranzini mencium luka Yesus pada tangan sebelah kiri. Imam itu segera membuat tanda salib di atas kepalanya yang tertunduk. Ia tahu Pranzini telah bertobat dan menyesali perbuatannya. Atas Nama Tuhan imam itu mengampuni dosa Pranzini dan memberkatinya.
          Beberapa menit kemudian Pranzini dihukum mati. Berkat usaha Theresia, jiwa Pranzini selamat. Semua orang terharu. Alangkah baiknya Tuhan.
          Malam itu juga Theresia membaca berita disurat kabar. Judul utama koran itu “Pranzini yang Bertobat”. Tangan Theresia gemetar. Yesus telah mengabulkan permintaannya. Pranzini telah mencium luka di tangan kiri Yesus. Theresia berlutut dan mengucap syukur, Ya Yesus , hatiku sudah puas. Aku tidak akan perlu lagi melihat hasilnya kemudian karena aku yakin Bahwa Engkau akan selalu mengabulkan doaku. Aku akan  terus mengurbankan kesenangan, keinginan, tenaga dan waktuku untuk mendoakan orang-orang agar mereka bertobat. Semoga keinginanku untuk melepaskan dahagaMu bisa terwujud. Dan semoga para penjahat bertobat dan menyesali perbuatannya”

Bertemu Bapa Paus
          Saat Theresia berumur lima belas tahun, kakak sulungnya, Marie, juga masuk biara Karmelit. Dalam diri Theresia semakin kuat keinginannya menjadi Biarawati. Saat ia mengajukan  permohonan kepada kepala biara Karmelit, Theresia ditolak karena ia masih terlalu muda. Theresia pun merasa kecewa.
          Pada bulan november 1887, Theresia, Celine, dan ayah mereka berziarah ke Roma untuk menghadiri acara pertemuan umat dengan Bapa Paus Leo XIII. Theresia mencium kaki Bapa Paus dan memohon izin agar ia diperbolehkan bergabung dengan ordo Karmelit pada usia 15 tahun, dibawah batas umur yang diizinkan. Bapa Paus menasehati Theresia.
          “Anakku, segala hal akan terjadi paling baik bagimu jika kamu mau menunggu. Patuhilah keputusan kepala biara.” Kata  Bapa Paus.
          Tapi, Theresia bersikeras. Akibatnya, ia harus digotong keluar oleh dua orang pengawal Bapa Paus dan tidak mendapatkan persetujuan. Kejadian ini membuat gempar orang-orang yang menyaksikan.


Menjadi Biarawati
          Pada tanggal 9 April 1888 Theresia diterima di postulan di biara  Karmel atas perintah Uskup Bayeux. Januari 1889 ia menjadi novis  dan akhirnya pada tanggal 8 september 1890 ia diterima secara resmi menjadi anggota ordo Karmelit dan mengubah namanya menjadi Suster Theresia dari kanak-kanak Yesus. Betapa senang hati Theresia. Tak henti-hentinya Thereisa mengucap syukur kepada Tuhan.
          Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1889, ayah Theresia sakit dan harus dirawat di sanatorium selama tiga tahun. Setelah itu ayahnya kembali ke Lisieux pada tahun 1892, lalu meninggal dunia dua tahun kemudian. Setelah ayahnya meninggal, Celine, yang dulu merawat ayahnya, masuk ke biara karmelit  pada tanggal 14 september 1894.
          Dibiara itu ia bergabung dengan Pauline, Marie, dan Theresia. Pada tahun itu juga, kakak Theresia yang bernama Pauline , diangkat menjadi Kepala biara karmel. Kini nama Pauline berubah menjadi ibu Agnes. Ibu Agnes meminta Theresia menuliskan kenangannya akan masa kecilnya. Tulisan ini adalah awal mula dari buku autobiografi yang kemudian sangat terkenal. Buku ini berjudul “Kisah Satu Jiwa” (story of a soul)
          Tahun 1895, sepupu mereka, Marie Guerin, juga bergabung dengan mereka. Dan akhirnya Leoni, setelah gagal berkali-kali, berhasil menjadi biarawati dan mengubah namanya menjadi suster Fransiska Theresa. Terpenuhi sudah cita-cita ibu Theresia yang menginginkan kelima anaknya menjadi biarawati.

Akhir hidup Theresia.
          Sebagaimana Biarawati lainnya, Theresia melaksanakan tugas  dan doa hariannya dengan tekun. Theresia juga harus belajar mengatasi perasaan tersinggung, marah, sakit hati, iri, dan memerangi kebosanan dan bermacam-macam godaan, baik lahir maupun batin. Ia berjuang menempuh  “jalan sederhana” menuju kesucian, yaitu  secara konsekuen percaya akan mencintai Tuhan. Apapun yang dirasakan , Theresia selalu berusaha tersenyum dan bermuka jernih.
          Namun, karena penyakit paru-paru yang dideritanya semakin parah, pada tangga 30 september 1897, dalam usia 24 tahun, Theresia meningal dunia dan dimakamkan di Lisieux, Prancis.
Ia mewariskan catatan pribadi yang ditulis atas permintaan Ibu Agnes, kakak Theresia. Dalam buku itu, Theresia mengungkapkan bahwa kesucian dapat dicapai oleh siapa saja, betapapun rendah, hina, dan biasa orang itu. Caranya dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cinta kasih kepada Tuhan.
          Meskipun Theresia Lisiuex tidak pernah pergi  ketanah misi, bahkan hanya berbaring di tempat tidurnya karena sakit, ia diangkat menjadi santa pelindung para misionaris bersama santo Fransiskus Xaverius. Dalam segala keterbatasannya, Theresia berdoa bagi karya misi dan para misionaris dimanapun mereka berada. Selain itu, menjeelang kematiannya, ia sempat menuliskan keinginannya untuk menjadi misionaris dan itu menjadi keyakinan diri sebagaimana ia menyerahkan dirinya sendiri sepenuhnya kepada Tuhan. Berikut catatan Theresia tentang hal itu :

Aku merasa bahwa misiku baru akan dimulai, misiku untuk membuat orang lain mengasihi Allah seperti aku mengasihiNya, misiku untuk mengajarkan jiwa-jiwa cara-cara kecilku. Jika Allah menjawab permintaanku, waktuku disurga akan dihabiskan didunia ini hingga akhir dunia. Ya, aku ingin menjalani surgaku di atas bumi dengan melakukan kebaikan.”

Rabu, 31 Agustus 2011

DOA UNTUK PARA IMAM

jesus christ
Allah,  Bapa Maha Pengasih dan Penyayang,
      Pandanglah Wajah Kristus, PutraMu, Imam Agung abadi
      demi cintakasihMu kepadaNya, kami mohon,
      limpahkanlah belaskasihMu kepada para imam.

Ingatlah, ya Bapa,
     para imam kami adalah manusia biasa
     dengan segala kekuatan dan kelemahannya.

Kobarkanlah selalu dalam diri mereka,
     Rahmat Panggilan yang telah Kau limpahkan
     dan Kau resmikan , dengan urapan Roh Kudus
     dan penumpangan tangan Uskup, sewaktu tahbisan.

Jagalah mereka agar selalu dekat denganMu,
    mampu menjadi tanda dan sarana persahabatan
    maupun persaudaraan sejati dalam Gereja
    dari agama manapun.

Jauhkanlah mereka dari segala sesuatu
    yang mengasingkan mereka dariMu
    dan dari persekutuan umatMu.

Yesus, Allah Putra, Imam Agung Abadi,
    Jadillah Pengantara kami untuk berdoa,
bagi para imamMu, yang setia dan gigih dalam pelayanan
    ditengan umatMu.
bagi para imamMu, yang mendapat kesulitan
    dalam kesetiaan dan kegigihan berbakti,
bagi para imamMu, yang hidup  tegar maupun yang bergulat
    dengan pelbagai godaan,
bagi para imamMu, yang berkarya dengan penuh hiburan
    maupun yang berkarya dalam kesepian,
bagi para imamMu, yang melayani ditengah keramaian kota
    maupun yang dipelosok-pelosok,
bagi para ImamMu, yang masih muda, yang tengah umur 
    maupun yang sudah  lanjut usia,
bagi para imamMu, yang sehat maupun yang sedang sakit,
    bahkan yang menghadapi ajalnya,
bagi para imamMu, dalam keadaan apapun juga.

Roh Kudus, Roh Penghibur, Roh Kebijaksanaan dan
       Roh Pengudus, curahkanlah damai Paska dan
       kasih Pentakosta kepada para imam kami,
terutama imam yang mengantar kami pada Sakramen Baptis
      untuk bersatu dengan GerejaMu,
para imam yang mengajak kami berbalik
      kepadaMu dan merayakan Sakramen Tobat,
juga imam yang mengumpulkan kami di sekeliling Altar
      untuk merayakan Ekaristi, Santapan kami,
imam yang dalam Krisma dan pendampingannya menolong
      kami menjadi dewasa dalam iman,
imam yang menyiapkan dan memberkati Perkawinan
      keluarga-keluarga kami.
imam yang membantu kami merasakan kasihMu
     juga waktu sakit dan meyiapkan kami menghadapi
saat-saat terakhir kami dengan Sakramen Pengurapan
     Orang Sakit.
semua imam yang bersama kami berusaha menjadi tanda
     dan sarana hadirnya Kerajaan Surga di tengah
      masyarakat kami.

Bunda Maria, Ratu para imam
dampingi dan doakan  kami bersama para imam kami.
Kini dan sepanjang segala masa. Amin.


Imprimatur,
B.S Mardiatmadja, S.J
Vikaris Episkopalis KAJ
Jakarta, 3 mei 1998

Jumat, 26 Agustus 2011

Mukjizat itu nyata !

Kisah nyata ini terjadi disebuah Rumah Sakit di Tennessee, USA. 
Seorang ibu muda, Karen, sedang mengandung bayinya yang kedua. 
Michael, anaknya yang pertama, yang berusia 3 tahun, senang sekali akan memiliki adik.  
Ia sering menempelkan telinganya diperut ibunya sambil bersenandung. 
Michael sangat mencintai adiknya yang belum lahir itu.
 
 Hari kelahiran yang begitu dinanti itupun akhirnya tiba juga. Namun, ternyata proses persalinan tidak berjalan dengan lancar. 
Dan ketika lahir, bayi perempuan itu dalam kondisi yang begitu lemah, dan dokterpun tidak bisa berbuat banyak. 
Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar, dan mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan yang terburuk.

Namun, Michael terus saja merengek pada ibunya agar diizinkan menjenguk sang adik yang terbaring lemah di ICU.
"Mami, mami, aku ingin menyanyi buat adik," rengek Michael setiap saat.
Namuhn ibunya kurang tanggap. Agaknya karena Karen terlalu larut dalam kesedihan sehingga mengabaikan permintaan Michael, apalagi karena ICU adalah ruang yang terlarang bagi anak-anak.

Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael.
Setidaknya, biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. 
Ketika akan memasuki ruang ICU, mereka sempat dihentikan seorang suster. 
Tetapi setelah Karen menjelaskan bahwa itu mungkin kesempatan pertama dan terakhir bagi Michael untuk melihat adikya, akhirnya suster mengizinkan Michael masuk untuk beberapa menit saja.
Michael menatap adiknya. Lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring,
"You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy
when skies are grey..."
Ajaib! Sang adik memberi respons. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.
"You never know, dear, How much I Love You.
Please don't take my sunshine away."
Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan berbisik, "Teruskan Michael, teruskan Nak... " 
"The other night, dear, as I laid sleeping, 
I dream, I held you in my hands..."
Dan sang adik pun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya menjadi teratur.
"I'll always love you and make you happy, 
if you will  only stay the same..."
Sang adik kelihatan begitu tenang.. dan tenang.

Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan airmatanya. Michael terus bernyanyi, dan adiknya kelihatan semakin tenang, rileks dan damai lalu tidur terlelap.

Suster yang tadinya melarang masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terkjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, suatu hari kemudian sang adik bayi diperbolehkan pulang. Para tenaga medis masih tak percaya dengan apa yang terjadi..


Pesan Cerita:
       Keajaiban adalah suatu peristiwa yang terjadi diluar akal sehat manusia. Dua orang nelayan yang bisa bertahan selama 25 hari terapung-apung dilaut diatas peti es, atau kisah Michael dan adiknya diatas. Itu beberapa contoh peristiwa yang terjadi diluar logika menusia. Tapi itu terjadi. Keajaiban itu ada, dan akan datang bagi mereka yang percaya.
            Dan percaya adalah kata aktif(kata pasifnya adalah 'dipercaya'). Oleh karena itu, percaya bukan berarti menunggu tanpa melakukan apapun. Percaya adalah melakukan sesuatu demi sesuatu yang Anda percayai. Percaya adalah sikap gigih dan tak kenal menyerah sehingga Anda mampu menembus batas kewajaran dan menyambut datangnya keajaiban.

(Sumber Buku : kisah tentang sapi yang jujur Necy Tanudibyo)

Kamis, 25 Agustus 2011

Aku bisa!!



Kadang ku takut dan gugup. ..
Dan ku merasa.. oh.. oh.. tak sanggup.
Melihat  tantangan di sekitarku. Aku merasa tak mampu.
Namun, aku tak mau Menyerah.
Aku tak mau berputus asa.
Dengan gagah berani aku melangkah.
Dan berkata “AKU BISA!”....... Aku pasti bisa.......
Bila ku gaagal itu tak mengapa.
Yesus Bersinar
Setidaknya ku tlah mencoba.. aku pasti.......... BISA!!!

Malam yang dingin, dan sepi.. ku torehkan tintaku di selembar buku harianku. Ku tulis apa yag hendak kutulis. Ku tulis apa yang teralami hari ini.kutulis peristiwa yang kujalani hari ini. Senang, sedih, bangga, muram, suka, duka ,tawa, tangis.. haus , lapar.. ngantuk,, .... semuanya mewarnai hidupkuku tulis disini. Banyak yang ingin ku torehkan di sini, tapi apa daya.. tak boleh ku ungkap semua yang telah tersingkap dalam sanubari. Terkadang apa yang terlihat itu tak seperti apa yang kita pikirkan dan apa yang kita ketahui. Aku disini,,, sangat merindukannya. Ku putuskan untuk mengiriminya sebuah pesan singkat yang bertuliskan “hai”..walau hanya sebuah kata yang sangat singkat ini, tapii bagiku sangat bermakna. Ku harap Dia akan membalasnya, walau hanya berujar “Ya”... itu sudah cukup bagiku tuk mengetahui bagaimana keadaanya. Tapi sayang, apa yang ku harapkan tak bakal terjadi. Mungkin dia marah terhadapku atau trauma dengan tingkah lakuku. Tapi, apakah  dia tak  bisa memaafkan daku ini? Walau yang di lakukannya adalah yang terbaik, itu tak cukup baik buatku. Aku rindu dengan yang canda tawanya, aku rindu dengan senyum manisnya, aku rindu dengan kata-kata bijaknya, aku rindu dengan bola matanya (yang saben melihat ke arahku slalu memancarkan sinar kasih sayang), aku rindu dengan nasehatnya, aku rindu dengan tutur katanya yang sopan, aku rindu dengan semua yang ada pada dirinya. Tapi percuma  ku ingat kembali masa lalu yang suram. Percuma aku melintasi lagi jalan yang sudah kulalui itu. Itu hanya menghabiskan waktu dan tenagaku. Kalau hanya kosong yang dapat ku peroleh dari ziarahku itu. Disini, aku hanya dapat merenungkan semua yang telah kulakukan,, aku yang telah melukai hatinya, tapi betapa bodohnya diriku, karana tak merasa bersalah dengan tinggkah lakuku? Aku benci dengan segala kesalahan ini.

Sekarang nasi sudah menjadi bubur, tak bisa ku putar waktu!! Andaikan bisa... apakah aku akan mengubahnya menjadi lebih indah? Tidak!! Aku akan melakukan hal yang sama. Tapi, sedikit beda dengan apa yang kulakukan. Kuharap dia baik-baik saja. Yah.. agarlah daku tak selalu mengawatirkannya. Di keheningan ini, kucari jati diriku.. kucari  semua yang tersembunyi dalam diriku. Ingin segera mendapatkannya kembali. Disinii aku hanya bisa memandangi sekujur tubuh yang lemah dengan sejuta rasa lelah yang terasa menghimpitku hingga kau pun merasa sesaknafas ketika melihat aku berbaring di tempat tidur yang keras ini. Ku masih berharap akan adanya sebuah keajaiban  dalam hidupku.. aku bertekat akan membenahi hidupku yang suram ini dan hendak  memberikan warna pelangi di dalamnya. Kulukiskan sebuah wajah yang indah di dalamnya. Tuhan , lindungilah aku  dari kekaliman dunia,  yang dapat menjauhkan aku dari Engkau. Sudilah  kiranya Engkau slalu menarikku kembali ke arah rencanaMU Tuhan...tak mau diriku terbelenggu dalam noda dosa yang mampu mematikan daku.. Tuhan,, bantulah aku untuk melewati semunya dengan riang gembira. Cukuplah Engkau memberiku sebuah kekuatan untuk dapat menolak segala yang menggoda imanku. Aku  masih ingin menjadi putri kesayangan Mu Tuhan,, aku adalah putri kecilMu, yg dulu meringkuk di samping almari sambil menangis memanggil-manggil namaMu yang Kudus...........

Yesus Kristus
Di saat kumulai terlelah, aku haus akan belaian kasih sayangmu. Disaat aku sadari tubuh ini semakin melemah, aku merindukan kekuatan yang kau pancarkan kepadaku. Tapi, kini sudah berubah. Banyak hal yang telah kulakukan, tapi tak ada satupun yang bermakna. Aku tenggelam lagi di samudra kekelaman. Aku rindu suaramu, aku rindu cintamu. Kau begitu mencintaiku dulu.

Teringat ku pada masa silam yang penuh keceriaan, aku duduk termenung seorang diri, kau datang menghampiriku dan mengajakku bermain. Satu hal yang ku inga dulu! Kau mendekap dan memelukku di saat aku sedang menangis. Kenapa baru kusadari? Kalau kau sangat mencintaiku..? waktu mulai beranjak, dan sekarang aku mulai dewasa. Kenangan masa kecil seolah sirna di telan waktu. Aku melupakan cintamu padaku,,,,

Aku lupa akan segala hal yang kau berikan padaku, tapi aku malah menjauh darimu. Di usiaku kini yang ke -17, aku mulai lelah berjalan, kurindukan suasana dimana kau  menggendongku, kurindukan belaian kasih sayangmu, hangatnya pelukmu. Kurindukan dekapan kasihmu di saat ku ketakutan.

Aku terjebak di dalam bukit kemalasan, bersandar pada masa lalu yang melilit leherku, sehingga jika aku hendak bernafaspun terasa berat sekali. Tarilah tanganku, agar aku  keluar dari lubang hitam ini. Apakah kau mendengarku? Bisikan-bisikanku memang tiada arti, tapi penuh harapan..... yah hanya tersirat sebuah harapan yang mampu membangkitkan kau 
dari keterpurukan.....

SEBUAH MAKNA DARI KATA CINTA

Aku tak tahu apa yang sedang bergejolak dalam hati kecil ini, tapi rasanya begitu menyakitkan dan pahit untuk di minum ataupun di makan. Saat ini ku coba menenangkan diriku yang terbelenggu dengan beribu problema. Mencoba untuk mengendalikan diri dari berbagai macam keenakan diri dan dari bisikan-bisikan yang tak penting yang setiap harinya membikin aku menangis. Aku tak mengerti, kadang aku senang dan kadang aku sedih. Apa yang ku rasakan selalu menyisakan sebuah misteri. Walau ku rasa berat sekali ketika harus aku menjalani ini semua. Namun aku selalu ingat dan bahkan selalu berharap pada Dia yang memberiku sebuah kata cinta. Cintanya begitu sempurna. Hidupku di warnai dengan cintanya. Sekilas aku merasakan sebuah racun yang menjalari tubuhku yang rintih ini, namun dari manakah asal racun itu?. Kadang racun itu membuat kau sesak nafas, terrjerumus dalam dosa dan terjerembab dalam kubangan kesengsaraan. Mencoba untuk menghisap racun itu, hingga aku bisa semakin dekat dengan dirinya yang sudah memberiku anugrah yang begitu indah. Kadang aku merasa hidup ini merupakan misteri yang harus di pecahkan dan harus di cari, karna hidup ini tersembunyi di dalam tanah yang dalam. Saat ini aku mencoba menenangkan diri yang terbelenggu sebuah dosa, kesalahan yang kulakukan membuat aku tak tenang di dalam menghirup nafas di dunia fana ini. Disini aku sendiri, menanti dia yang akan datang smabil membawa kembali cinta yang dulu kubuang. Aku percaya kalau dia masih mencintai kau. Tapi, apakah mungkin aku pantas mendapatkan kembali cinta itu? 

Karena aku sudah melukai hatinya?

        Disini, aku mencoba untuk menangis, tapi siapa yang hendak menghapus airmataku ketika jatuh nanti? Disini aku mencoba berteriak, tapi siapa yang hendak mendengarkan teriakanku yang tak ada artinya? Disini ku coba berbicara, tapi siapa yang mau ku ajak berbicara? Dan akhirnya disini aku hanya bisa merenungi setiap kesalahan yang kulakukan. Dan menutup telingaku, aku menyadari, kalau aku sudah membuat orang-orang disekitar aku tersakiti, bahkan membuat mereka mengangis dengan segala tindakan aku  ini. Tapi aku merasa sakit kalau orang yang ku cintai merana karena aku.tak bermaksud membuat mereka sedih. Tak bermaksud membuat mereka menangis. Oh , sungguh aku menjadi gila kerena sikap ku ini. Aku terbelenggu dalam kemunafikan. Aku hanya berharap padanya yang kudus.

        Aku tak mau merasakan ini ... sungguh menyakitkan. Orang mungkin tak paham dengan apa yang terjadi dengan diriku. Karna diriku sendiri juga tak tahu sebenarnya apa yang terjadi. Luka yang tertoreh di hatiku, tak dapat di sembuhkan. Disini aku mencari makna cinta yang selama ini aku  cari dan aku harapkan.


        Yah hanya bualan belaka, aku tak paham dan tak mengerti dengan semuanya. Begitu penuh dengan misteri. Sungguh membuat aku bingung. Tetapi aku harus tetap pada pendirianku selama ini. Selalu meniru tingkah laku yang dia ajarkan padaku. Yaitu berdoa! Puasa! Dan beramal! Aku  ingin sekali menjadi anaknya. Dia ayah yang luar biasa yang pernah ku kenal seumur hidupku. Dia kan selalu ada dalam hatiku, sampai aku menutup mataku, dan selamya akan mengenangnya dalam pelupuk mataku.

        Bersama dialah aku akan torehakan hidup yang baik, bersama dialah aku akan mengukir hidup yang bahagia, bersama dialah akan kutup lembar lama dan menulis hidupku di lembar yang baru. Aku cinta dia. Dan aku tak akan berpaling darinya. Sungguh!           



KESEMPURNAAN HIDUP

            
         Hidup bukan untuk bersenang-senang. Hidup bukan untuk mencari kepuasan sesaat. Hidup bukanlah untuk memenuhi hasrat diri. Tapi hidup adalah untuk Allah, dimana kita mencari kehidupan kekal. Dimana kita memperoleh kebahagian yang abadi dan mendapat cinta kasih Tuhan yang begitu melimpah. Memang susah juga untuk mencari kebahagian yang abadi itu, dan sulit untuk dapat menggenggam dalam tangan kita. Tapi, jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencarinya, maka dengan mudah kita akan dapat mendapatkan bahkan bisa memeluknya dalam dekapan kita. Ayolah winda... sadar dan buka matamu, bersemangatlah.. janganlah terlalu bersedih, karna kesedihan dan ketakutanmu itu akan membuat kamu semakin sakit dan menderita. Percayalah kamu akan mendapat teman yang lebih baik lagi. Percayalah kamu akan mendapatkan kasih Tuhan jika kamu percaya padaNya.

            Tuhan, dalam kemelut hati ini, aku sungguh hanya bersandar dalam Tangan kuasaMu. Aku tahu aku sudah berbuat salah, tetapi Tuhan, janganlah kiranya kau buang daku dari hadapanMu. Dekaplah daku selalu Tuhan. Arahkan daku untuk supaya menjadi anakmu yang baik. Terlebih aku yang bisa rendah hati, baik bagi semua orang, peduli terhadap sesama. Dan tak mengenal kata putus asa!

            Teingat aku pada Malam yang mencekam, seorang anak duduk termenung di  beranda, dengan tatapan yang amat teramat  kosong, tak terbaca apa yang tersirat di hatinya itu. Sungguh pandangan yang tak bermakna. Tapi rintihan hatinya mampu membuat telingaku tak kuasa untuk kututup. Dengan gemetar, aku langkahkan kakiku padanya. Dan bertanya kenapa dia ada di situ. Tapi si anak tak memalingkan wajahnya dariku. Dia tetap menatap lurus kedepan. Aku jadi semakin heran, kenapa anak itu tak menoleh kepadaku? Apakah dia tuli? Tidak! Dia tidak tuli, buktinya Dia bisa mendengar suara burung hantu yang berkicau di malam itu. Apakah dia bisu? Sehingga tak bisa menjawab pertanyaanku? Tidak! Dia tidak bisu, buktinya dia bersenandung kecil di malam itu. Trus kenapa dia tak menjawab aku?? Aku masih saja menatapnya dengan serius dan penuh selidik. Sekiranya apa sih yang dilakukan dia malam malam begini? Aku pun tak menyerah begitu saja. Ku coba bertanya sekali lagi padanya. Masih pertanyaan yang sama, kenapa dia di situ? Satu detik.. dua detik.. tiga detik...


            Akhirnya anak itu menoleh kearahku.. dengan mata yang merah, penuh dengan teka teki. Lebam, basah, dan melukiskan penderitaan yang selama ini dia jalani. Aku dengan penuh belas kasih masih menatap dia. Tak lama kemudian dia bersuara: “Aku menunggu seseorang!” katanya dengan terisak.

Hey! Kiranya siapa yang ditunggunya malam-malam begini? Pikirku dalam hati. Anak itu menatap lagi ke depan dan melanjutukan lamunannya. Tapi, diriku takut untuk menanyainya lagi. Ku urungkan niatku untuk bertanya. Karna ku kira anak itu tak mau di ganggu. Tapi ketika aku hendak pergi, dia berujar lagi: “Aku menunggu seseorang yang dinamakan Tuhan!”. Seperti tak percaya dengan apa yang ku dengar, juga mustahil kalau aku tak bisa mendengar dia begitu jelas, padahal waktu itu suasana begitu sepi, sehingga suaranya jelas ku dengar. Dengan segala tanda tanya yang berputar-putar di kepalaku, aku masih terdiam dan membisu. Bahkan tuk bernafaspun perlu tenaga ekstra. Anak ini sungguh aneh....! pikirku dalam hati.. tanpa memerdulikan dia lagi, aku tinggalkan dia dan pergi masuk kerumahku. Dia masih duduk di situ.

            Keesokan harinya, dimalam dan jam yang sama, aku melihatnya lagi. Ya, dia ada di situ. Dia persis duduk di situ seperti kemarin. Aku tak mengira, dia begitu antusias untuk bertemu dengan Tuhan. Apa kiranya yang membuat dia begitu ingin bertemu dengan Tuhan? Dengan langkah yang perlahan namun pasti, aku mendekati anak itu. Tapi kali ini aku tak melihat kesedihan diwajahnya. Kali ini aku melihat sukacita di wajahnya. Ya.. dia tampak bergembira malam ini! Ini aneh! Dan  Akupun bertanya, kenapa dikau menanti Tuhan?. Suaraku yang parau memecahkan lamunannya. Dia tak menoleh kali ini, tapi dia menjawab pertanyaanku: “karna aku rindu denganNya!”. Jawabnya dengan lembut. “tapi, apakah kau yakin Tuhan akan datang?” tanyaku lagi padanya. “Ya.. Dia sekarang sudah hadir!” jawabnya lagi, tanpa menolehkan wajahnya padaku. What?? Aku tak melihat Tuhan ada disini, aku tak melihat seorangpun disini. Yang ada hanya kita berdua. Ya... hanya kita berdua! Entah mengapa aku tak merasa takut padanya, tapi aku malah bersimpati dengannya. Maka dengan sepenuh hati aku ucapkan pada anak itu: “Oke. Aku tak akan mengganggu kau dan Dia. Aku akan masuk ke rumah dan membiarkan kau melepaskan rindumu dengan Dia.” Anak itu tak menjawab, atau merespon kata-kataku. Dia hanya menatap kedepan, dngan tatapan yang kosong. Akupun dengan nafas berat meninggalkannya.

            Malam berikutnya, aku tak keluar rumah, karna aku sedang sakit. Dalam sakitku, aku hanya bisa terbaring dalam tempat tidurku. Aku tak teringat lagi dengan anak itu. Pikiranku larut dalam duniaku sendiri. Tapi, entah apa yang tiba-tiba membuatku teringat dengan dia, aku secepat kilat beranjak dari tempat tidurku dan pergi ke luar rumah. Entah mengapa aku ingin bertemu dengan anak itu. Apakah dia masih duduk di situ?? Aku berlari dan akhirnya sampai. Tapi, disitu tidak ada orang. Sepi... aku bingung, kenapa anak itu tak ada di situ? Aku mencarinya ke sana kemari. Tapi anak itu tak ada. Apakah dia sudah pulang? Atau belum datang? Ah tak mungkin... anak itu selalu ada kok jam segini. Aneh memang, anak itu tak kudapati dia  disitu. Akupun berjalan kembali ke rumahku. Dan masuk kedalam kamarku..

            Tapi, aku tersentak kaget. Karna di ranjangku ada sebuah surat. Surat berwarna pink, dengan tulisan yang rapi. Dengan cepat ku baca surat itu.

                        Sekarang aku sudah tak akan lagi menunggu Tuhan di beranda rumah. Aku sudah berada di sampingnya sekarang. dan  rinduku sudah teobati. Kini aku bahagia bersamanya.

                                                                                                            Salam,

Anak di baranda rumah.

Dengan bingung aku melipat surat itu kembali. Dan meresapi, apa makna dari surat itu. Tapi, aku tak menemukan jawabannya. Aku merahasiakan ini semua dari orang lain..
Sampai sekarang pun aku masih bingung dengan surat itu, dan anak itu. Apa yang sebenarnya dia ingin sampaikan padaku?
          Dengan menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalaku. Akupun pergi tidur. Tapi, ketika aku tertidur lelap, aku merasakan diriku terbang. Aku terbang begitu tinggi. Aku merasakan tubuhku ringan. Dan aku merasakan mendarat di tempat yang lembut. Aku menyusuri tempat yang lembut dan  indah itu. Dan tiba-tiba, aku melihat anak itu lagi. Yah, anak itu! Anak itu duduk di sebuah kursi kayu, dengan anyaman yang indah. Tapi kali ini, dia tidak lagi  menatap dalam kekosongan. Matanya tak lagi sebam, dan tak lagi basah kayak biasanya. Bahkan kini kulihat, ada senyum yang menghiasi relung wajahnya. Bahkan tawa dibibirnya. Dan kali ini, dia tak duduk seorang diri, dia ditemani oleh orang. Namun, siapakah gerangan orang itu? Dalam kemelut di hatiku, ku dengar anak itu, memanggil orang itu dengan sebutan Tuhan! Aku sentak kaget... mungkinkah aku berada di surga sekarang?? dan menyaksikan anak itu ke surga dan duduk disamping Tuhan??..... dengan pikiran yang beraneka macam.. aku tiba-tiba terbangun dari tidurku. Aku membuka mata dan mengatur nafasku. Ku sadari tubuhku kini berada bdi ranjang kamarku.
          Dengan senyum, aku mengerti dengan teka-teki semuanya ini. Awal mula anak itu menunggu seorang diri di beranda rumah yang gelap, dan merindukan tuhan di setiap hidupnya, baik dalam deritanya, maupun dalam suka citanya. Dia selalu merindukan Tuhan, dan ingin berjumpa dengannya. Tak lupa dengan Tuhan dikala dia sedang bersukacita. Dalam hidupnya yang seorang diri, dia percaya akan hadirnya Tuhan di dalam hidupnya. Hingga pada akhirnya sampailah dia masuk dalam rumah Tuhannya... aku tersenyum pada rupa anak itu... anak itu sudah menemukan kesempurnaan hidup di dalam hidupnya. Dan kini, dia mendapat kebahagian yang abadi dan kehidupan yang kekal. Seluruh hidupnya dia sembahkan untuk Tuhan dan mempercayakan dirinya pada kuasa kasih Tuhan. Selalu bersyukur dengan apa yang di berikan Tuhan. Bahkan penderitaan yang dia alami di dunia fana ini. Yah.. anak itu tetap percaya pada Tuhan, meski keadaan yang serba ke kurangan. Dia tak meinggalkan Tuhan di kala cobaan menerjangnya.
          Kini, aku ingin menjadi seperti anak itu. Mensyukuri apa yang ada dalam hidupku. Aku percaya Tuhan juga akan memberiku sebuah cinta, jika aku bersabar menunggu dan menanti dengan tulus iklas akan harapan yang di  berikan Tuhan terhadap diriku ini.
          Meski dalam kebimbangan aku selalu mensanksikan cinta dan kasih Tuhan. Yah aku harus bersyukur pada Tuhan, dan meyakini Dia ada di dekat aku. Meski tertoreh luka yang mendalam di hatiku.
Di sini aku bersenandung kecil untuk dia yang selalu kurindukan dalam hidupku..


Bintang malam katakan padanya, aku ingin melukis sinarmu di hatinya.

Embun  pagi katakan padanya, biar kudekap erat waktu dingin membelenggunya.

Bintang malam sampaikan padanya, aku ingin melukis sinarmu di hatinya,

Embun pagi katakan padanya, biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya.

Tahukah engkau wahai langit, aku ingin bertemu membelai wajahnya.

Akan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya.

Lagu rindu ini ku ciptakan, hanya untuk bidadari ahtiku tercinta,

Walau hanya nada sederhana, ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan.