Yesusku

Yesusku

Kamis, 25 Agustus 2011

Aku bisa!!



Kadang ku takut dan gugup. ..
Dan ku merasa.. oh.. oh.. tak sanggup.
Melihat  tantangan di sekitarku. Aku merasa tak mampu.
Namun, aku tak mau Menyerah.
Aku tak mau berputus asa.
Dengan gagah berani aku melangkah.
Dan berkata “AKU BISA!”....... Aku pasti bisa.......
Bila ku gaagal itu tak mengapa.
Yesus Bersinar
Setidaknya ku tlah mencoba.. aku pasti.......... BISA!!!

Malam yang dingin, dan sepi.. ku torehkan tintaku di selembar buku harianku. Ku tulis apa yag hendak kutulis. Ku tulis apa yang teralami hari ini.kutulis peristiwa yang kujalani hari ini. Senang, sedih, bangga, muram, suka, duka ,tawa, tangis.. haus , lapar.. ngantuk,, .... semuanya mewarnai hidupkuku tulis disini. Banyak yang ingin ku torehkan di sini, tapi apa daya.. tak boleh ku ungkap semua yang telah tersingkap dalam sanubari. Terkadang apa yang terlihat itu tak seperti apa yang kita pikirkan dan apa yang kita ketahui. Aku disini,,, sangat merindukannya. Ku putuskan untuk mengiriminya sebuah pesan singkat yang bertuliskan “hai”..walau hanya sebuah kata yang sangat singkat ini, tapii bagiku sangat bermakna. Ku harap Dia akan membalasnya, walau hanya berujar “Ya”... itu sudah cukup bagiku tuk mengetahui bagaimana keadaanya. Tapi sayang, apa yang ku harapkan tak bakal terjadi. Mungkin dia marah terhadapku atau trauma dengan tingkah lakuku. Tapi, apakah  dia tak  bisa memaafkan daku ini? Walau yang di lakukannya adalah yang terbaik, itu tak cukup baik buatku. Aku rindu dengan yang canda tawanya, aku rindu dengan senyum manisnya, aku rindu dengan kata-kata bijaknya, aku rindu dengan bola matanya (yang saben melihat ke arahku slalu memancarkan sinar kasih sayang), aku rindu dengan nasehatnya, aku rindu dengan tutur katanya yang sopan, aku rindu dengan semua yang ada pada dirinya. Tapi percuma  ku ingat kembali masa lalu yang suram. Percuma aku melintasi lagi jalan yang sudah kulalui itu. Itu hanya menghabiskan waktu dan tenagaku. Kalau hanya kosong yang dapat ku peroleh dari ziarahku itu. Disini, aku hanya dapat merenungkan semua yang telah kulakukan,, aku yang telah melukai hatinya, tapi betapa bodohnya diriku, karana tak merasa bersalah dengan tinggkah lakuku? Aku benci dengan segala kesalahan ini.

Sekarang nasi sudah menjadi bubur, tak bisa ku putar waktu!! Andaikan bisa... apakah aku akan mengubahnya menjadi lebih indah? Tidak!! Aku akan melakukan hal yang sama. Tapi, sedikit beda dengan apa yang kulakukan. Kuharap dia baik-baik saja. Yah.. agarlah daku tak selalu mengawatirkannya. Di keheningan ini, kucari jati diriku.. kucari  semua yang tersembunyi dalam diriku. Ingin segera mendapatkannya kembali. Disinii aku hanya bisa memandangi sekujur tubuh yang lemah dengan sejuta rasa lelah yang terasa menghimpitku hingga kau pun merasa sesaknafas ketika melihat aku berbaring di tempat tidur yang keras ini. Ku masih berharap akan adanya sebuah keajaiban  dalam hidupku.. aku bertekat akan membenahi hidupku yang suram ini dan hendak  memberikan warna pelangi di dalamnya. Kulukiskan sebuah wajah yang indah di dalamnya. Tuhan , lindungilah aku  dari kekaliman dunia,  yang dapat menjauhkan aku dari Engkau. Sudilah  kiranya Engkau slalu menarikku kembali ke arah rencanaMU Tuhan...tak mau diriku terbelenggu dalam noda dosa yang mampu mematikan daku.. Tuhan,, bantulah aku untuk melewati semunya dengan riang gembira. Cukuplah Engkau memberiku sebuah kekuatan untuk dapat menolak segala yang menggoda imanku. Aku  masih ingin menjadi putri kesayangan Mu Tuhan,, aku adalah putri kecilMu, yg dulu meringkuk di samping almari sambil menangis memanggil-manggil namaMu yang Kudus...........

Yesus Kristus
Di saat kumulai terlelah, aku haus akan belaian kasih sayangmu. Disaat aku sadari tubuh ini semakin melemah, aku merindukan kekuatan yang kau pancarkan kepadaku. Tapi, kini sudah berubah. Banyak hal yang telah kulakukan, tapi tak ada satupun yang bermakna. Aku tenggelam lagi di samudra kekelaman. Aku rindu suaramu, aku rindu cintamu. Kau begitu mencintaiku dulu.

Teringat ku pada masa silam yang penuh keceriaan, aku duduk termenung seorang diri, kau datang menghampiriku dan mengajakku bermain. Satu hal yang ku inga dulu! Kau mendekap dan memelukku di saat aku sedang menangis. Kenapa baru kusadari? Kalau kau sangat mencintaiku..? waktu mulai beranjak, dan sekarang aku mulai dewasa. Kenangan masa kecil seolah sirna di telan waktu. Aku melupakan cintamu padaku,,,,

Aku lupa akan segala hal yang kau berikan padaku, tapi aku malah menjauh darimu. Di usiaku kini yang ke -17, aku mulai lelah berjalan, kurindukan suasana dimana kau  menggendongku, kurindukan belaian kasih sayangmu, hangatnya pelukmu. Kurindukan dekapan kasihmu di saat ku ketakutan.

Aku terjebak di dalam bukit kemalasan, bersandar pada masa lalu yang melilit leherku, sehingga jika aku hendak bernafaspun terasa berat sekali. Tarilah tanganku, agar aku  keluar dari lubang hitam ini. Apakah kau mendengarku? Bisikan-bisikanku memang tiada arti, tapi penuh harapan..... yah hanya tersirat sebuah harapan yang mampu membangkitkan kau 
dari keterpurukan.....

SEBUAH MAKNA DARI KATA CINTA

Aku tak tahu apa yang sedang bergejolak dalam hati kecil ini, tapi rasanya begitu menyakitkan dan pahit untuk di minum ataupun di makan. Saat ini ku coba menenangkan diriku yang terbelenggu dengan beribu problema. Mencoba untuk mengendalikan diri dari berbagai macam keenakan diri dan dari bisikan-bisikan yang tak penting yang setiap harinya membikin aku menangis. Aku tak mengerti, kadang aku senang dan kadang aku sedih. Apa yang ku rasakan selalu menyisakan sebuah misteri. Walau ku rasa berat sekali ketika harus aku menjalani ini semua. Namun aku selalu ingat dan bahkan selalu berharap pada Dia yang memberiku sebuah kata cinta. Cintanya begitu sempurna. Hidupku di warnai dengan cintanya. Sekilas aku merasakan sebuah racun yang menjalari tubuhku yang rintih ini, namun dari manakah asal racun itu?. Kadang racun itu membuat kau sesak nafas, terrjerumus dalam dosa dan terjerembab dalam kubangan kesengsaraan. Mencoba untuk menghisap racun itu, hingga aku bisa semakin dekat dengan dirinya yang sudah memberiku anugrah yang begitu indah. Kadang aku merasa hidup ini merupakan misteri yang harus di pecahkan dan harus di cari, karna hidup ini tersembunyi di dalam tanah yang dalam. Saat ini aku mencoba menenangkan diri yang terbelenggu sebuah dosa, kesalahan yang kulakukan membuat aku tak tenang di dalam menghirup nafas di dunia fana ini. Disini aku sendiri, menanti dia yang akan datang smabil membawa kembali cinta yang dulu kubuang. Aku percaya kalau dia masih mencintai kau. Tapi, apakah mungkin aku pantas mendapatkan kembali cinta itu? 

Karena aku sudah melukai hatinya?

        Disini, aku mencoba untuk menangis, tapi siapa yang hendak menghapus airmataku ketika jatuh nanti? Disini aku mencoba berteriak, tapi siapa yang hendak mendengarkan teriakanku yang tak ada artinya? Disini ku coba berbicara, tapi siapa yang mau ku ajak berbicara? Dan akhirnya disini aku hanya bisa merenungi setiap kesalahan yang kulakukan. Dan menutup telingaku, aku menyadari, kalau aku sudah membuat orang-orang disekitar aku tersakiti, bahkan membuat mereka mengangis dengan segala tindakan aku  ini. Tapi aku merasa sakit kalau orang yang ku cintai merana karena aku.tak bermaksud membuat mereka sedih. Tak bermaksud membuat mereka menangis. Oh , sungguh aku menjadi gila kerena sikap ku ini. Aku terbelenggu dalam kemunafikan. Aku hanya berharap padanya yang kudus.

        Aku tak mau merasakan ini ... sungguh menyakitkan. Orang mungkin tak paham dengan apa yang terjadi dengan diriku. Karna diriku sendiri juga tak tahu sebenarnya apa yang terjadi. Luka yang tertoreh di hatiku, tak dapat di sembuhkan. Disini aku mencari makna cinta yang selama ini aku  cari dan aku harapkan.


        Yah hanya bualan belaka, aku tak paham dan tak mengerti dengan semuanya. Begitu penuh dengan misteri. Sungguh membuat aku bingung. Tetapi aku harus tetap pada pendirianku selama ini. Selalu meniru tingkah laku yang dia ajarkan padaku. Yaitu berdoa! Puasa! Dan beramal! Aku  ingin sekali menjadi anaknya. Dia ayah yang luar biasa yang pernah ku kenal seumur hidupku. Dia kan selalu ada dalam hatiku, sampai aku menutup mataku, dan selamya akan mengenangnya dalam pelupuk mataku.

        Bersama dialah aku akan torehakan hidup yang baik, bersama dialah aku akan mengukir hidup yang bahagia, bersama dialah akan kutup lembar lama dan menulis hidupku di lembar yang baru. Aku cinta dia. Dan aku tak akan berpaling darinya. Sungguh!           



KESEMPURNAAN HIDUP

            
         Hidup bukan untuk bersenang-senang. Hidup bukan untuk mencari kepuasan sesaat. Hidup bukanlah untuk memenuhi hasrat diri. Tapi hidup adalah untuk Allah, dimana kita mencari kehidupan kekal. Dimana kita memperoleh kebahagian yang abadi dan mendapat cinta kasih Tuhan yang begitu melimpah. Memang susah juga untuk mencari kebahagian yang abadi itu, dan sulit untuk dapat menggenggam dalam tangan kita. Tapi, jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencarinya, maka dengan mudah kita akan dapat mendapatkan bahkan bisa memeluknya dalam dekapan kita. Ayolah winda... sadar dan buka matamu, bersemangatlah.. janganlah terlalu bersedih, karna kesedihan dan ketakutanmu itu akan membuat kamu semakin sakit dan menderita. Percayalah kamu akan mendapat teman yang lebih baik lagi. Percayalah kamu akan mendapatkan kasih Tuhan jika kamu percaya padaNya.

            Tuhan, dalam kemelut hati ini, aku sungguh hanya bersandar dalam Tangan kuasaMu. Aku tahu aku sudah berbuat salah, tetapi Tuhan, janganlah kiranya kau buang daku dari hadapanMu. Dekaplah daku selalu Tuhan. Arahkan daku untuk supaya menjadi anakmu yang baik. Terlebih aku yang bisa rendah hati, baik bagi semua orang, peduli terhadap sesama. Dan tak mengenal kata putus asa!

            Teingat aku pada Malam yang mencekam, seorang anak duduk termenung di  beranda, dengan tatapan yang amat teramat  kosong, tak terbaca apa yang tersirat di hatinya itu. Sungguh pandangan yang tak bermakna. Tapi rintihan hatinya mampu membuat telingaku tak kuasa untuk kututup. Dengan gemetar, aku langkahkan kakiku padanya. Dan bertanya kenapa dia ada di situ. Tapi si anak tak memalingkan wajahnya dariku. Dia tetap menatap lurus kedepan. Aku jadi semakin heran, kenapa anak itu tak menoleh kepadaku? Apakah dia tuli? Tidak! Dia tidak tuli, buktinya Dia bisa mendengar suara burung hantu yang berkicau di malam itu. Apakah dia bisu? Sehingga tak bisa menjawab pertanyaanku? Tidak! Dia tidak bisu, buktinya dia bersenandung kecil di malam itu. Trus kenapa dia tak menjawab aku?? Aku masih saja menatapnya dengan serius dan penuh selidik. Sekiranya apa sih yang dilakukan dia malam malam begini? Aku pun tak menyerah begitu saja. Ku coba bertanya sekali lagi padanya. Masih pertanyaan yang sama, kenapa dia di situ? Satu detik.. dua detik.. tiga detik...


            Akhirnya anak itu menoleh kearahku.. dengan mata yang merah, penuh dengan teka teki. Lebam, basah, dan melukiskan penderitaan yang selama ini dia jalani. Aku dengan penuh belas kasih masih menatap dia. Tak lama kemudian dia bersuara: “Aku menunggu seseorang!” katanya dengan terisak.

Hey! Kiranya siapa yang ditunggunya malam-malam begini? Pikirku dalam hati. Anak itu menatap lagi ke depan dan melanjutukan lamunannya. Tapi, diriku takut untuk menanyainya lagi. Ku urungkan niatku untuk bertanya. Karna ku kira anak itu tak mau di ganggu. Tapi ketika aku hendak pergi, dia berujar lagi: “Aku menunggu seseorang yang dinamakan Tuhan!”. Seperti tak percaya dengan apa yang ku dengar, juga mustahil kalau aku tak bisa mendengar dia begitu jelas, padahal waktu itu suasana begitu sepi, sehingga suaranya jelas ku dengar. Dengan segala tanda tanya yang berputar-putar di kepalaku, aku masih terdiam dan membisu. Bahkan tuk bernafaspun perlu tenaga ekstra. Anak ini sungguh aneh....! pikirku dalam hati.. tanpa memerdulikan dia lagi, aku tinggalkan dia dan pergi masuk kerumahku. Dia masih duduk di situ.

            Keesokan harinya, dimalam dan jam yang sama, aku melihatnya lagi. Ya, dia ada di situ. Dia persis duduk di situ seperti kemarin. Aku tak mengira, dia begitu antusias untuk bertemu dengan Tuhan. Apa kiranya yang membuat dia begitu ingin bertemu dengan Tuhan? Dengan langkah yang perlahan namun pasti, aku mendekati anak itu. Tapi kali ini aku tak melihat kesedihan diwajahnya. Kali ini aku melihat sukacita di wajahnya. Ya.. dia tampak bergembira malam ini! Ini aneh! Dan  Akupun bertanya, kenapa dikau menanti Tuhan?. Suaraku yang parau memecahkan lamunannya. Dia tak menoleh kali ini, tapi dia menjawab pertanyaanku: “karna aku rindu denganNya!”. Jawabnya dengan lembut. “tapi, apakah kau yakin Tuhan akan datang?” tanyaku lagi padanya. “Ya.. Dia sekarang sudah hadir!” jawabnya lagi, tanpa menolehkan wajahnya padaku. What?? Aku tak melihat Tuhan ada disini, aku tak melihat seorangpun disini. Yang ada hanya kita berdua. Ya... hanya kita berdua! Entah mengapa aku tak merasa takut padanya, tapi aku malah bersimpati dengannya. Maka dengan sepenuh hati aku ucapkan pada anak itu: “Oke. Aku tak akan mengganggu kau dan Dia. Aku akan masuk ke rumah dan membiarkan kau melepaskan rindumu dengan Dia.” Anak itu tak menjawab, atau merespon kata-kataku. Dia hanya menatap kedepan, dngan tatapan yang kosong. Akupun dengan nafas berat meninggalkannya.

            Malam berikutnya, aku tak keluar rumah, karna aku sedang sakit. Dalam sakitku, aku hanya bisa terbaring dalam tempat tidurku. Aku tak teringat lagi dengan anak itu. Pikiranku larut dalam duniaku sendiri. Tapi, entah apa yang tiba-tiba membuatku teringat dengan dia, aku secepat kilat beranjak dari tempat tidurku dan pergi ke luar rumah. Entah mengapa aku ingin bertemu dengan anak itu. Apakah dia masih duduk di situ?? Aku berlari dan akhirnya sampai. Tapi, disitu tidak ada orang. Sepi... aku bingung, kenapa anak itu tak ada di situ? Aku mencarinya ke sana kemari. Tapi anak itu tak ada. Apakah dia sudah pulang? Atau belum datang? Ah tak mungkin... anak itu selalu ada kok jam segini. Aneh memang, anak itu tak kudapati dia  disitu. Akupun berjalan kembali ke rumahku. Dan masuk kedalam kamarku..

            Tapi, aku tersentak kaget. Karna di ranjangku ada sebuah surat. Surat berwarna pink, dengan tulisan yang rapi. Dengan cepat ku baca surat itu.

                        Sekarang aku sudah tak akan lagi menunggu Tuhan di beranda rumah. Aku sudah berada di sampingnya sekarang. dan  rinduku sudah teobati. Kini aku bahagia bersamanya.

                                                                                                            Salam,

Anak di baranda rumah.

Dengan bingung aku melipat surat itu kembali. Dan meresapi, apa makna dari surat itu. Tapi, aku tak menemukan jawabannya. Aku merahasiakan ini semua dari orang lain..
Sampai sekarang pun aku masih bingung dengan surat itu, dan anak itu. Apa yang sebenarnya dia ingin sampaikan padaku?
          Dengan menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalaku. Akupun pergi tidur. Tapi, ketika aku tertidur lelap, aku merasakan diriku terbang. Aku terbang begitu tinggi. Aku merasakan tubuhku ringan. Dan aku merasakan mendarat di tempat yang lembut. Aku menyusuri tempat yang lembut dan  indah itu. Dan tiba-tiba, aku melihat anak itu lagi. Yah, anak itu! Anak itu duduk di sebuah kursi kayu, dengan anyaman yang indah. Tapi kali ini, dia tidak lagi  menatap dalam kekosongan. Matanya tak lagi sebam, dan tak lagi basah kayak biasanya. Bahkan kini kulihat, ada senyum yang menghiasi relung wajahnya. Bahkan tawa dibibirnya. Dan kali ini, dia tak duduk seorang diri, dia ditemani oleh orang. Namun, siapakah gerangan orang itu? Dalam kemelut di hatiku, ku dengar anak itu, memanggil orang itu dengan sebutan Tuhan! Aku sentak kaget... mungkinkah aku berada di surga sekarang?? dan menyaksikan anak itu ke surga dan duduk disamping Tuhan??..... dengan pikiran yang beraneka macam.. aku tiba-tiba terbangun dari tidurku. Aku membuka mata dan mengatur nafasku. Ku sadari tubuhku kini berada bdi ranjang kamarku.
          Dengan senyum, aku mengerti dengan teka-teki semuanya ini. Awal mula anak itu menunggu seorang diri di beranda rumah yang gelap, dan merindukan tuhan di setiap hidupnya, baik dalam deritanya, maupun dalam suka citanya. Dia selalu merindukan Tuhan, dan ingin berjumpa dengannya. Tak lupa dengan Tuhan dikala dia sedang bersukacita. Dalam hidupnya yang seorang diri, dia percaya akan hadirnya Tuhan di dalam hidupnya. Hingga pada akhirnya sampailah dia masuk dalam rumah Tuhannya... aku tersenyum pada rupa anak itu... anak itu sudah menemukan kesempurnaan hidup di dalam hidupnya. Dan kini, dia mendapat kebahagian yang abadi dan kehidupan yang kekal. Seluruh hidupnya dia sembahkan untuk Tuhan dan mempercayakan dirinya pada kuasa kasih Tuhan. Selalu bersyukur dengan apa yang di berikan Tuhan. Bahkan penderitaan yang dia alami di dunia fana ini. Yah.. anak itu tetap percaya pada Tuhan, meski keadaan yang serba ke kurangan. Dia tak meinggalkan Tuhan di kala cobaan menerjangnya.
          Kini, aku ingin menjadi seperti anak itu. Mensyukuri apa yang ada dalam hidupku. Aku percaya Tuhan juga akan memberiku sebuah cinta, jika aku bersabar menunggu dan menanti dengan tulus iklas akan harapan yang di  berikan Tuhan terhadap diriku ini.
          Meski dalam kebimbangan aku selalu mensanksikan cinta dan kasih Tuhan. Yah aku harus bersyukur pada Tuhan, dan meyakini Dia ada di dekat aku. Meski tertoreh luka yang mendalam di hatiku.
Di sini aku bersenandung kecil untuk dia yang selalu kurindukan dalam hidupku..


Bintang malam katakan padanya, aku ingin melukis sinarmu di hatinya.

Embun  pagi katakan padanya, biar kudekap erat waktu dingin membelenggunya.

Bintang malam sampaikan padanya, aku ingin melukis sinarmu di hatinya,

Embun pagi katakan padanya, biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya.

Tahukah engkau wahai langit, aku ingin bertemu membelai wajahnya.

Akan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya.

Lagu rindu ini ku ciptakan, hanya untuk bidadari ahtiku tercinta,

Walau hanya nada sederhana, ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan.



 

KURANG BERDOA


Seorang maha siswa Hindu dari India menghadiri kebaktian Minggu di salah satu  gereja terkenal di California. Mahasiswa itu sangat terkesan dengan keindahan bangunan itu, lalu  berkata, “Ini sungguh-sungguh suatu bangunan yang megah, jauh lebih indah daripada banyak kuil yang kami miliki di india.”
Ia jauh lebih tercengang ketika menhetahui bahwa bangunan itu praktis digunakan hanya untuk kebaktian hari Minggu. Pada hari-hari lainnya hnaya segelintir orang datang menghadiri kebaktian di tempat itu.

Ia berkomentar, “Apakah anda bermaksud mengatakan kepadaku bahwa anda memiliki bangunan yang luas dan mahal ini, dan anda menggunakannya hanya sekalli seminggu?”
“Di India, kami pergi berdoa di kuil-kuil hindu setiap pagi ketika matahari terbit, dan setiap sore ketika metahari terbenam. Kaum muslim berdoa lima kali sehari di masjid. Bagaimana anda dapat mengharapkan kami untuk menerima Kekristenan ketika kami berdoa lebih banyak kepada dewa kami daripada yang anda lakukan kepada Tuhanmu?”

KESAKSIAN HIDUP


Ada seorang warga Amerika Serikat di minta untuk menjadi guru di salah satu perguruan tinggi di Jepang. Salah satu butir kontrak antara mahaguru asal Ameriak Serikat dan perguruan tinggi jepang itu berbunyi : “Mahaguru hanya boleh berbcara hal-hal yang menyangkut materi perkuliahan yang dipercayakan kepadanya dan sama sekali tidak boleh menggunakan satu katapun yang berhubunagn dengan kekristenan.”
Salib kehidupan
                Mahaguru tersebut menjaga dengan setia janjinya yang termuat dalam kontrak tersebut. Namun, mahaguru itu berusaha untuk hidup menurut keyakinan iman Kristiani. Ia tidak pernah berkata apa-apa tentang kekristenan, tetapi hidupnya snagt terbuka dan banyak melakukan perbuatan-perbautan kasih. Setelah bebberapa tahun ia bekerja di perguruan tinggi itu, teladan hidupnya menjadi sedemikian berpengaruh, sehingga paling kurang 40 orang dari mahasiswanya diam-diam menjadi Kristen, bahkan 25 orang dari mereka kemudian memasuki perguruan tinggi teologi dan menjadi misionaris.

DUA BERSAUDARA


Kata sahibul hikayat ada dua orang
Bersudara yang hidup bahagia dan puas,
Sampai kedua-duanya di panggil Tuhan untuk menjadi muridnya.
Yang lebih tua menanggapi panggilannya menjadi imam
Dengan suka rela, meskipun ia harus
Meningglkan orang tua serta gadis yang
Dicintainya  dan diimpikan menjadi istrinya.
Ia lalu pergi ke sebuah negri yang jauh. Di
Sana ia mencurahkan seluruh hidupnya untuk
Melayani orang-orang yang sangat miskin.
Penganiyayaan timbul di negeri itu. Ia di tangkap
Disiksa dan di bunuh.
Dan tuhan berkata kepadanya :
‘baik hamba yang jujur dan setia!
Engkau memberiku pengabdian
Seharga seribu talenta. Sekarang akan
Kuberikan kepadamu semilyar,
Semilyar talenta sebagai ganjaranmu.
Masuklah dalam suka cita Tuhanmu!’

Tanggapan adiknya atas panggilan Tuhan berubah
Ia ingin melepaskan
Supaya dapat meneruskan rencanaya serta
Menikah dengan gadis yang dicintainya. Ia
Menikmati kebahagiaan hidup berkeluarga,
Usahanya berkembang pesat, ia menjadi
Terkenal dan kaya. Kadang kala ia member sedekah
Kepada pengemis, bersikap ramah
Terhadap istri dan anak-anaknya. Sesekali ia
Juga mengirim sedikit uang untuk kakaknya
Yang menjadi misionaris di negeri yang jauh. ‘uang ini
Mungkin dapat membantu karyamu di tengah orang miskin itu.’ Tulisnya di dalam surat.

Pada saat ia meninggal, Tuhan berkata
Kepadanya:
‘baik, hamba yang jujur dan setia!
Engkau memberiku pelayanan
Seharga sepuluh talenta. Sekarang
Akan kuberikan ganjaran kepadamu
Sebesar semilyar, semilyar talenta,
Masuklah ke dalam suka cita
Tuhanmu!’

Kakaknya tercengang-cengang ketika
Mendengar behwa adiknay mendapatkan
Ganjaran yang sama dengannya. Dan ia
Senang. Katanya: ‘Tuhan, setealh melihat
Semua ini, seandainya saya harus lahir dan
Hidup kembali, saya masih akan melakukan hal yang persis sama dengan yang telah saya perbuat bagiMu’.