Yesusku

Yesusku

Rabu, 24 Agustus 2011

BIARAWAN BERSUARA EMAS


Ada sebuah biara di Perancis yang snagt terkenal karena keramahtamahan dan kebaikan hati para susternya. Banyak orang datang mengunjungi biara itu untuk merasakan persaudaraan yang mendalam di sana. Suster-suster itu merasa sangat bahagia bahwa mereka dapat membahagiakan para tamunya. Namun, ada satu hal yang membuat mereka sedih, yaitu bahwa mereka tidak sanggup menyelenggarakan ibadat resmi dengan baik, karena mereka semua memiliki suara yang jelek dan tidak terlalu pandai menyanyi. Ibadat yang mereka laksanakan selalu tersendat-sendat, mazmur-mazmur yang mereka daraskan selalu terdengar sumabng, jauh dari merdu. Tetapi, mereka telah berusaha danmelaksanakannya dengan keikhlasan hati.
                Pada suatu hari. Mereka kedatangan seorang tamu biarawan yang sangat terkenal di seluruh Perancis karena memiliki suara emas dank arena kepandaiannya bernyanyi. Para suster memohon kepada biarawan yang bersuara emas itu supaya ia sudi tinggal di biara mereka selama beberapa hari untuk memimpin ibadat pagi dan ibadat sore mereka. Dengan bangga sang biarawan mengabulakn permintaan suter-suster itu. Sungguh, ia dapat memimpin ibadat pagi dan ibadat sore dengan sangat meriah. Suara emasnya mengisi seluruh ruang kapel biara, temapt ibadta itu dilaksanakan. Suster-suster sangat puas. Mereka sangat berterima kasih dan memuji kehebatan sang biarawan yang dapat menciptakan suasana yang sangat meriah dalam ibadat pagi dan sore di biara itu. Sang biarawan sendiri menjadi sangat puas dan berbangga atas kebolehannya.
                Malam harinya seorang melaikat dari surga datang kepada pemimpin biara itu dan mengeluh, “Apa yang tejadi di biara ini? Setiap pagi dan sore boasanya kami di surge mendengar nyanyian-nyanyian ibadat yang merdu dari biara ini. Tetapi beberapa hari terakhir ini, tidak lagi terdengar lagu-;agu yang merdu itu!”
Pemimpin biara dengan cepat menjawab, “Sebaliknya. Saat-saat yang lampau kami sangat kacau dan tidak snaggup menyanyi dengan baik dan merdu, suara kami jelek dan kami tidak pandai menyanyi. Beberapa hari terakhir ini, kami kedatangan seorang tamu biarawan yang terkenal karena suara emasnya. Ia dapat memimpin ibadat pagi dan sore dengan sangat indah dan meria! Luar biasa!”
Malaikat itu menjawab, “Mungkin benar, tetapi sungguh, kami di surge tidak mendengar apa-apa!”

AKU SANG DEWA !

By : Rm. F.X Endra Wijayanta, Pr

Ini kutulis… saat mengulang-ulang lagu “Aku bertahan-nya Rio Febrian”. Saat pantang saat selintas berkelebat ingatan tentang cerita orang-orang yang mengalami penderitaan dan selalu bertanya tentang cinta Tuhan. Saat mendekati masa suci. Saat gamang untuk menuliskan kata-kata tulisan ini, tetapi akhirnya…….. kusebut diri :
Aku Sang Dewa!
Sampai saat ini, berulang-ulang, orang yang ku kenal masih menanyakan tentang cinta, Tuhan, dan bahagia. Kata-kata itu seakan-akan jauh dari hidup mereka. Harapan yang slama ini mereka tumbuhkan, seakan mulai pupus ketika hitungan waktu mulai beranjak puluhan tahun, sakit tak tersembuhkan, pasangan yang mengabaikan, desakan ekonomi yang tak terperikan…..
Ketika menjawab mereka, mulut ini selalu membuncahkan mitraliur kata suci dengan harapan pasti. ”Aaaa.. Uuuu… Eeeeee… Iiiiiiiii…….” Seakan ku tak dapat berhenti. Tak terasa pula busa-busa menyeruak tak tertangguhkan dari bibir ini…
Kata-kataku seakan kalimat suci yang membius relung-relung insani. Apapun yang mereka dengar dariku dapat menjawab kepedihan hati. Apa yang terucap seakan sabda ilahi yang memperbolehkan seseorang untuk berbuat itu atau ini… Seakan busa-busa yang mengenai mereka adalah air Ponari yang menyembuhkan kesakitan ragawi.
Aku tahu… bahwa kesedihan dan derita mereka selalu ada dan bahkan mungkin tak akan pernah hilang sempurna. Doa, asa yang harus ada, Tuhan yang penuh cinta yang selalu menjadi jawabku meski hal itu seakan tak pernah menjawab segalanya.
Aku, meski tak berada kemewahan, selalu ada dalam kelimpahan. Aku, meski tiap hari slalu punyai berjuta salah dan dosa, selalu termaafkan oleh kasih-Nya(?). Aku, meski sering jatuh dalam ketidakberdayaan kenikmatan raga, selalu terobati oleh kata, “Boleh” yang keluar dari mulut teman sekolega.
Ketika itu kutanya, pasti selalu jawab suci yang mengikuti. Kitab suci, pembenaran diri, teologi menjadi dasar dari segala Tanya diri. Derita-Nya hanyalah teladan suci yang tak pernah menjadi satu dengan raga ini. Aku terberangus akan keenakan diri. Namun bila aku ditantang : maukah kamu menghilangkan semua “keenakan diri?”  Aku-pun dengan malu mengakui “Jangan, saat ini…” Karena aku adalah :
“Sang Dewa!”  

SEPERTI SEBUAH KUBUR KOSONG


Ada seorang anak yang sedang bermain-main di pinggir kolam. Tiba-tiba ia melihat seekor kumbang air yang terapung-apung dan berputar-putar menuju kepadanya. Si anak lalu mengambil sebuah dahan kayu dan menjulurkannya ke arah kumbang tadi. Kumbang itu merayap di atas dahan yang di pegang si anak. Ketika kumbang itu hampir menjejakkan kakinya di pinggir kolam tiba-tiba ia mati. Anak itu merasa sedih dan meninggalkan kumbang itu.
Beberapa  saat kemudian, ia kembali ketempat itu lagi untuk mencari kunci sepedanya yang tertinggal. Secara kebetulan, ia melihat lagi kumbang yang telah mati tadi. Apa yang di lihatnya membuat dia sangat tekejut. Kumbang itu telah mongering, dan kulit luarnya mulai terbelah. Anak itu kini memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Dari kulit kumbang yang sudah terbelah itu , muncullah seekor capung kecil dan mulai merayap ke permukaaan air sambil menggerak-gerakkan kedua sayapnya, mula-mula perlahan-lahan, makin lama makin cepat , lalu terbang dengan indahnya, sekali-kali dengan lincahnya menyambar-nyambar permukaan air!
Sejenak anak itu menoleh lagi ke kulit kumbang itu , menyentuhnya , dan berkata kepada dirinya sendiri “kulit kumbang ini seperti sebuah kubur kosong”








TERJEMAHAN KITAB SUCI


Empat orang imam mendiskusikan kualitas berbagai terjemahan kitab suci . ysng seseorang menukai gaya king james karena kesederhanaan  dan kelancaran bahasanya. Yang lain mnyukai gaya standart  amerika sebagai yang terbaik karena sangat dekat dengan bahasa asli ibrani dan yunani . yang ketiga  mengunggulkan terjemahan Moffatt sebagai yang terbaik karena menggunakan gaya bahasa kontemporer. Imam yang keempat hanya berdiam diri.

Ketiak diminntai untuk menungkapkan pendapat, imam tersebut menjawab :  “ saya menyukai terjemahan ibuku sebagai terjemahn yang terbaik .” ketiga imam lainya tertarik dan ingin mengetahui terjemahan yang di maksud . imam yang keempat itu menjawab :” baiklah!”

Kemudian imam itu menerangkan  : “ ibuku menerjemahkan kitab suci kedalam hidupnya sehari – hri. Itulah terjemahan kitab suci yang terbaik dan sungguh menyakinkan seperti saya sksikan. “

NELLY GADIS MISKIN


Nelly adalah seorang  gadis kecil yang berpakaian compang-camping. Gadis jalanan yang selalu mengemis pada lampu merah di depan sebbuah Gereja. Kadang-kadang ia mengemis di pintu gerbang kompleks gereja kalau umatnya sedang keluar  gereja. Ia tinggal dengan neneknya di bawah kolong jembatan, tidak hjauh dari gereja itu. Hari itu rupanya ada bazaar di halaman gereja. Disana dijual berbagai jenis pakaian dan makanan murah. Tetapi yang paing menarik minat dan selera Nelly adalah tempat di jual berbagai jenis kue basah dan kue kering. Ia tidak memiliki uang sepersen pun dan dia sangat merasa lapar. Setiap kali ia memandang ke kue-kue itu rasa laparnya seperti melilit lilit. Ia mencoba mendekat, sekedar untuk dapat melihat lebih jelas. Beberapa orang menepi dan menutup hidung. Dan penjaga bazaar itupun menghardiknya: “Kamu lihat apa? Sana, pergi!”
                Nelly tidak perlu menunggu hardikan yang kedua kalinya. Ia cepat-cpat menyelinap pergi, ia takut,. Ia pulang ke kolong jembatan dan tidur. Tidur adalah satu-satunya yang dia tidak perlu beli. Tidur dapat melupakan rasa lapar, tidur dapat melupakan segala kemalangan. Tidur dapat membuat ia bermimpi tentang istana, makanan enak, dan pakaian yang mewah.
                Antara terjaga ddan tidur, ia mendengar sayup-sayup umat katolik di gereja bernyanyi lagu yang sering dia dengar dan sudah sedikit ia hafal. “Tuahnku dan Gembalaku..”

KESAKSIAN GADIS PERAWAT


Ada seorang gadis perawat Katolik yang pada suatu saat harus melayani seorang pesien ateis yang sakit ginjal. Sambil melayani pasien ateis yang sakit ginjal itu, gadis perawat tadi tidak bosan-bosannya berbicara tentang Tuhan. Namun, ia senantiasa ditertawakan oleh si ateis tersebut. Pasien ateis itu selalu mengatakan, “Nona, Tuahan itu tidak ada! Tuhan itu hanya ciptaan pikiran manusia karena manusia tidak dapat menjawab persoalan hidup!”
                Tetapi, gadis perawat itu tetap berbicara tentang Tuhannya kepada pasiennya itu. Pada suatu saat, sakit ginjal pasien itu semakin gawat. Rupanya tidak tertolong lagi, kecuali diadakan transplantasi ginjal. Tetapi, siapa yang meu memberikan ginjalnya untuk pasien itu.
                                Pada suatu hari gadis perawat itu berkata kepada pasien ateis tersenut bahwa ia mau menyumbangkan salah satu ginjalnya. Pasien ateis itu hampir tidak dapat percaya pada apa yang didengarnya. Sejenak ia terhenyak, kemudian dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, ia berkata, “Terima kasih …! Nona begitu sabar dan baik kepadaku. Nona masih muda dan cantik, saya tidak mau nona mengambil resiko untuk saya. Namun, mulai sekarang saya percaya akan Tuhan yang selalu noana yakini dan katakana. Ia pasti Tuhan yang baik! Saya akan meti dengan bahgia.”