Yesusku

Yesusku

Rabu, 24 Agustus 2011

AKU SANG DEWA !

By : Rm. F.X Endra Wijayanta, Pr

Ini kutulis… saat mengulang-ulang lagu “Aku bertahan-nya Rio Febrian”. Saat pantang saat selintas berkelebat ingatan tentang cerita orang-orang yang mengalami penderitaan dan selalu bertanya tentang cinta Tuhan. Saat mendekati masa suci. Saat gamang untuk menuliskan kata-kata tulisan ini, tetapi akhirnya…….. kusebut diri :
Aku Sang Dewa!
Sampai saat ini, berulang-ulang, orang yang ku kenal masih menanyakan tentang cinta, Tuhan, dan bahagia. Kata-kata itu seakan-akan jauh dari hidup mereka. Harapan yang slama ini mereka tumbuhkan, seakan mulai pupus ketika hitungan waktu mulai beranjak puluhan tahun, sakit tak tersembuhkan, pasangan yang mengabaikan, desakan ekonomi yang tak terperikan…..
Ketika menjawab mereka, mulut ini selalu membuncahkan mitraliur kata suci dengan harapan pasti. ”Aaaa.. Uuuu… Eeeeee… Iiiiiiiii…….” Seakan ku tak dapat berhenti. Tak terasa pula busa-busa menyeruak tak tertangguhkan dari bibir ini…
Kata-kataku seakan kalimat suci yang membius relung-relung insani. Apapun yang mereka dengar dariku dapat menjawab kepedihan hati. Apa yang terucap seakan sabda ilahi yang memperbolehkan seseorang untuk berbuat itu atau ini… Seakan busa-busa yang mengenai mereka adalah air Ponari yang menyembuhkan kesakitan ragawi.
Aku tahu… bahwa kesedihan dan derita mereka selalu ada dan bahkan mungkin tak akan pernah hilang sempurna. Doa, asa yang harus ada, Tuhan yang penuh cinta yang selalu menjadi jawabku meski hal itu seakan tak pernah menjawab segalanya.
Aku, meski tak berada kemewahan, selalu ada dalam kelimpahan. Aku, meski tiap hari slalu punyai berjuta salah dan dosa, selalu termaafkan oleh kasih-Nya(?). Aku, meski sering jatuh dalam ketidakberdayaan kenikmatan raga, selalu terobati oleh kata, “Boleh” yang keluar dari mulut teman sekolega.
Ketika itu kutanya, pasti selalu jawab suci yang mengikuti. Kitab suci, pembenaran diri, teologi menjadi dasar dari segala Tanya diri. Derita-Nya hanyalah teladan suci yang tak pernah menjadi satu dengan raga ini. Aku terberangus akan keenakan diri. Namun bila aku ditantang : maukah kamu menghilangkan semua “keenakan diri?”  Aku-pun dengan malu mengakui “Jangan, saat ini…” Karena aku adalah :
“Sang Dewa!”  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar